Nama : Drs H Muhammad Jusuf Kalla
Lahir : Watampone, 15 Mei 1942
Agama : Islam
Jabatan Kenegaraan :
Wakil Presiden RI (2004-2009)
Menko KESRA Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
MENPERINDAG Kabinet Persatuan Nasional (1999-2000)
Pendidikan :
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin, Makasar (1967)
The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Perancis (1977)
Organisasi :
2010 - Sekarang : Chairman Centrist Asia Pacific Democrats International (CAPDI)
2009 - Sekarang : Ketua Umum PMI
2004- 2009 : Ketua Umum DPP Partai Golkar
2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS
1988 - 2001 : Anggota MPR-RI
1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
Baru baru ini saya ditemui oleh seorang kawan lama, dia cukup fanatik dengan agamanya tapi tidak radikal tentunya. Dia menemui saya hanya karena persoalan dia merasa terganggu dengan Logo PMI, yang nota bene menggunakan lambang palang yang dia asosiakan ke agama tertentu. Dan meminta lambang PMI untuk di Indonesia diganti dengan lambang apa saja asal jangan lambang Palang.
Saya bilang ke dia wah anda salah besar kalau mengatakan Palang itu milik agama tertentu. Bahwa palang yang menyimbolkan agama tertentu itu kakinya lebih panjang, kalau PMI tidak, semuanya sama panjang. Ia sama dengan symbol penjumlahan ,di dalam ilmu Mate-Matika . Tentunya kita semua tahu mengenai asal-usul ilmu mate-matika, dia berasal dari pelajaran Al-Jabar yang dikembangkan oleh ilmuwan islam, yang bernama al-quesi, jadi itu sebenarnya lambang palang yang anda protes, yang menciptakan itu orang yang beragama islam.
Dan saya katakan juga kepada teman saya itu, kalau anda tidak suka PMI menggunakan lambang itu tidak masalah nanti kita ganti. Dengan syarat symbol (+) di tombol HP anda juga hilangkan ganti dengan gambar apa saja, dan anak anda yang masih sekolah kalau dia belajar penjumlahan larang dia pakai symbol (+) untuk menjumlahkan, suruh dia ganti pakai symbol yang lain.
Karena yang kasi symbol itu bukan pengurus PMI tapi itu sudah diberikan oleh Negara, kalau Negara mau rubah silahkan, kita akan ikut saja, kita tidak terlalu mempersoalkan lambang itu, toh semenjak zaman pak Hatta jadi pengurus PMI dia juga pakai lambang itu juga.
Selain itu kalau lambang tersebut dirubah, yang jadi susah tentara, apa hubungannya dengan tentara, ? karena konvensi mengatakan ketika terjadi perang, maka orang yang menggunakan tanda Palang Merah, itu tidak boleh ditembak. Kalau kita ganti maka semua tenaga medik dalam perang bisa kena tembak nanti. Jadi bikin persoalan lagi kita ini, hanya gara-gara masalah lambang. Masa lambang harus dipersoalkan ? itukan tidak ada hubungannya dengan amal ibadah. Kita kan “fastabikhul khairat” saja.
Jadi itulah selentingan yang bukan hanya kawan saya saja yang persoalkan tapi banyak juga orang-orang di luar sana yang terlalu mempersoalkan penggunaan lambang tersebut. seolah-olah PMI itu merupakan gerakan “misionaris” agama tertentu, saya selalu katakan, Palang Merah itu gerakan kemanusiaan yang lintas batas agama, suku, dan bangsa. Lalu mengapa ada muncul Bulan sabit Merah? apakah dia gerakan counter Misionaris?
Jadi sejarahnya seperti ini, kenapa ada Palang Merah dan kenapa ada Bulan Sabit Merah ? Lambang Palang Merah sendiri sebenarnya diadopsi dari bendera Swiss, untuk menghormati Henry Dunant sang Pendiri Palang Merah yang berkebangsaan Swiis, sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap negara Swiss sebagai tempat konvensi kesepakatan penggunaan tanda untuk tenaga sukarela di Medan Perang.
Pada zaman dahulu setiap negara memiliki tanda yang berbeda beda untuk tenaga medis di medang perang. seperti Austria memakai bendera putih, perancis merah, dan spanyol Kuning. Yang jadi masalah pihak lawan kadang tidak mengenali tanda dari tenaga medis sehingga banyak sukarelawan medis yang jadi target sasaran tentara lawan.
Sehingga akhirnya muncullah pemikiran untuk menggunakan lambang yang seragam bagi setiap tenaga medis yang ada di medan perang. Akhirnya pada tahun 1863 pada konferensi internasional diputuskan Lambang Palang Merah di atas dasar putih menjadi simbol bagi para sukarela medis. Lambang tersebut merupakan kebalikan dari bendera nasional Swiss (palang putih diatas dasar merah) yang memfasilitasi berlangsungnya Konferensi Internasional saat itu. Pada tahun 1864, Lambang Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata.
Pada dasarnya penggunaan lambang Palang Merah tidaklah dimaksudkan untuk menampilkan simbol kelompok tertentu, itu hanya karena konferensi untuk menentukan tanda bagi tenaga sukarela Medis pada saat perang diadakan di Swiss jadi mungkin peserta waktu itu mencari gampangnya ajah, yah sudah dibaliklah bendera Swiss untuk dijadikan tanda bagi mereka yang menjadi sukarela medis di medan perang.
Namun demikian tidak setiap negara bisa memahami penggunaan tanda tersebut, ini terjadi pada tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah tenaga sukarela medis ditangkap dan dibunuh oleh Kerajaan Ottoman (saat ini Turki) semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Pihak kerajaan beralasan bahwa tentara Turki yang rata-rata beragama Islam sensitif terhadap Lambang berbentuk palang tersebut sehingga mengira mereka juga musuh (mungkin karena Turki masih ada trauma dengan perang salib mengingat tentara Eropa waktu itu menggunakan lambang palang yang kakinya lebih panjang di dada mereka sewaktu melakukan invasi ke Timur Tengah).
Dengan begitu muncullah gagasan untuk tanda bagi pekerja kemanusiaan di medan perang tidak hanya menggunakan lambang Palang merah, tetapi juga menggunakan Lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Bulan sabit Merah ini disahkan pada Konferensi Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam Konvensi. Jadi itulah awal mula mengapa ada Palang Merah, mengapa ada Bulan sabit merah, bukan karena faktor agama tapi karena masalah salah paham saja.
PALANG MERAH INDONESIA
Langganan:
Postingan (Atom)
0 Loroseng Ada.ta:
Posting Komentar