Mountain Climbing
Mountain Climbing, diterjemahkan dari Bahasa Inggris berarti naik gunung, merupakan kegiatan pendakian gunung dan rekreasi populer serta mendunia. meliputi aktifitas olah raga, mendaki bukit, menyusuri lembah, camping, turun tebing, naik tebing, mendirikan kemah dan lain sebagainya. Sebelumnya aktivitas mountain climbing merupakan olah raga yang berbahaya dan membutuhkan menajemen yang tidak mudah, oleh beberapa penggiat olah raga ini menciptakan berbagai teknik dan aturan untuk mempermudah mengatasi kesulitan yang terjadi.yang pada akhirnya disebut Mountainerring.
Mountaineering adalah teknik teknik pendakian gunung. Tahun 1786 di jazirah Eropa aktifitas mountain climbing di bagi menjadi hill walking, scrambing, rock climbing dan snow climbing.
Hill Walking
Merupakan sebuah perjalanan jarak
jauh yang membutuhkan waktu panjang untuk melintasi daerah asing dengan
selamat. Misalnya keluar masuk hutan, menyusuri sungai, melintasi daerah
berbukit. Ini adalah kecakapan yang paling dasar dalam pendakian gunung.
Hill
Walking di indonesia berupa kegiatan pendakian ke gunung, lebih dikenal dengan
nama Hiking (pendakian) hal ini disebabkan gunung yang ada di Indonesia
rata-rata membutuhkan jarak tempuh yang cukup panjang dan lama. Dan
materi Hill Walking merupakan bahasan khusus dalam materi diktat ini, sedang
bagian lainnya dijelaskan tersendiri.
Scrambling
Yaitu kegiatan pendakian gunung dengan melintasi medan yang membutuhkan peralatan tambahan berupa tali sebagai alat bantu.
Rock Climbing
Yaitu pendakian gunung yang harus melewati tebing-tebing batu yang terjal, dimana bermacam-macam alat bantu harus dipergunakan untuk bisa menaikinya. Kekuatan tubuh merupakan aspek penting dalam rock climbing, tetapi bagi pemanjat yang berpengalaman mereka lebih mementingkan ketahanan tubuh, koordinasi otot, kemudahan dan keseimbangan.
Ices and Snow Climbing
Jenis ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice climbing meliputi teknik-teknik menaiki tebing-tebing es, dengan peralatan utama ice axe dan sepatu berpaku (nailed boots). Sedangkan snow climbing adalah pendakian pada gunung-gunung bersalju, dengan bermacam jenis medan yang ada. Pada snow climbing ini, ice climbing dan rock climbing, scrambling dan hill walking menjadi bagian darinya. Ice climbers, menggunakan peralatan yang lebih khusus seperti crampons, kapak es, ice screw dan tali untuk menaiki air terjun yang membeku. Pemanjat sedang menambah ketinggian dengan menggunakan satu pengaman kapak sementara rekannya membelay dari atas.
Ekspedisi
Ekspedisi, suatu perjalanan atau
penjelajahan dimana dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan khusus, karena lama
dan kesukarannya serta pengorganisasiannya yang khusus pula. Untuk mendukung kelima aktivitas tersebut perlu juga dipelajari
pengetahuan atau keterampilan khusus seperti pengetahuan navigasi darat yang
meliputi pembacaan peta kompas serta kemampuan orientasi medan. Selain itu juga
teknik pemanjatan dan turun tebing, camping, rescue dan survival yang merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pendaki.
catatan
Dalam perkembangannya kelima
aktifitas utama di atas saling memisahkan diri, dimana hill walking,
scrambling, rock climbing sudah menjadi olah raga tersendiri karena itu perlu
pembahasan yang terpisah untuk mengetahui aktifitas-aktifitas di atas secara
lebih khusus.
Bagi Rescuer KSR Stikma Bone, Hill Walking dan Scrambling sudah masuk dalam suatu
divisi tersendiri, yaitu divisi Hutan Gunung. Divisi ini berkonsentrasi
dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mendaki gunung sekaligus
rescuenya yang merupakan dasar bagi seorang pencinta alam. Sedangkan untuk Rock
Climbing juga sudah memiliki divisi sendiri yaitu divisi Panjat Tebing yang
tentunya konsentrasi kegiatannya juga panjat tebing, mulai dari teknik panjat,
pengenalan dan penggunaan alat. Untuk Ekspedisi dijelaskan dalam bab Manajemen
dan Organisasi Ekspedisi, sedang Ice/Snow Climbing tidak dilakukan
di indonesia sehingga tidak perlu penjelasan yang mendalam.
ISTILAH MOUNTAINEERING
1. Clean
Climbing/Free Climbing, suatu pendakian dimana peralatan yang ada hanya
berfungsi sebagai alat pengaman ( tali, piton, chocks, dll ).
2. Aid/Artifical
Climbing, suatu pendakian dimana peralatan yang ada ( piton, stirr ups,
bolt/bor, dll ) sudah berfungsi sebagai alat bantu naik. Jadi tidak hanya
sebagi alat pengaman.
3. Traversing,
suatu istilah untuk kegiatan dimana dalam suatu pendakian terpaksa harus
merubah arah menyilang ke kiri/kanan, karena untuk langsung ke atas medannya
tidak memungkinkan. Juga untuk istilah pendakian dimana jalur yang di pakai
untuk naik dan untuk turun berlainan, misalnya naik lewat Kinahrejo dan turun
lewat Selo dalam pendakian G. Merapi.
4. Rapelling/Abseiling/Descending,
suatu cara atau metode untuk menuruni tebing dengan memanfaatkan tali dan
friksi/gesekan tali itu sendiri.
5. Grade,
tingkat kesukaran dalam pendakian yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf
yang sudah di standarisasikan sebelumnya.
6. Belay, adalah
alat dan cara/teknik dalam pendidikan dimana seorang pendaki dapat menjaga
pendaki kawannya dari bahaya jatuh. Beberapa jenis Belay
·
Belay Langsung (Direct Belay)
·
Belay Statik (Static Belay)
·
Dinamik Belay
·
Running Belay
7. Pitch, yaitu
jarak antara pendaki yang di belay dan yang membelay
8. Guide Books,
buku yang berisi jalur-jalur pendakian yang ada pada suatu gunung, medan-medan
yang sukar, pos-pos yang ada serta kekhususan yang ada.
PERLENGKAPAN UMUM MOUNTAINEERING
Sepatu/Boots
Sepatu adalah alat yang paling
penting dalam suatu pendakian. Salah satu ciri khas sepatu pendaki selalu
menutupi/melindungi mata kaki/ankles. Jenis-jenis sepatu pendakian :
1. Climbing
Boots, cirinya adalah sepatu kaku, bahan kulit, ujungnya agak meruncing, lobang
kaki tidak melewati kulit sepatu, tetapi lewat pengait metal. Tetapi yang
paling penting adalah bahwa solnya cukup kaku dan weltnya (tempat sekeliling
sepatu dijahit dengan solnya) tidak terlalu lebar. Merek-merek terkenal untuk
climbing boots adalah : Raichle, Aletsch, dan Robson.
2. Walking
Boots, hampir sama dengan climbing boots tetapi solnya lebih fleksibel dan
ringan. Sepatu kanfas bisa dipakai, hanya saja tidak waterproof dan licin
3. Rock climbing
boots, sepatu ini didesain khusus untuk rock climbing, sangat ringan, dengan
sol yang berciri khusus yaitu kalau mendapat tekanan yang memanjang (mengikuti
arah jari kaki), sol itu akan lentur, sesuai dengan gerak telapak kaki.Tetapi
kalau mendapat tekanan yang melebar sol itu akan kaku dan mengeras. Merek yang
terkenal adalah : P. A., Dolomites, Fire dan E.B
4. Winter
Boots/double boots, dipergunakan untuk pendakian dinding besalju, terdiri dari
sepatu dalam dan sepatu luar. Sepatu dalam sangat lentur dan lunak sebagai
pelindung udara dingin dan frost bite. Sedang sepatu luar seperti climbing
boots.
Gaiter
adalah selubung dan penutup batas
kaki dimana gaiter berguna untuk menghindari sepatu dari kemasukan kerikil,
pasir, butir salju, kebasahan total, serta perembetan panas ekstra bagi kaki
pendaki.
Parka/Anorka
adalah jaket windproof yang
mempunyai tutup kepala yang penempatannya di desain sedemikian rupa sehingga
tidak menghalangi gerak kepala. Pakailah yang ukurannya cukup besar untuk dapat
menutupi tubuh yang sudah memakai atau sweater dengan panjang yang bisa
menutupi pinggang. Jenis-jenis lain adalah :
·
Waterproof parka ( daerah hujan
)
·
Down parka ( untuk salju )
Pakaian
Untuk melindungi tubuh dari
benda-benda yang berbahaya atau udara yang ekstrim dan sebagai satu-satunya
insulator yang berhubungan langsungan dengan tubuh kita.
Tenda
Dalam pemakaian kita harus
memperhitungkan faktor penggunaan statis atau dinamis, jika dinamis, dibawa
dengan apa ukuran, jumlah, tempat, iklim/cuaca. Ada 2 jenis bentuk dasar :
·
Bentuk kutup A, Yaitu tenda yang berbentuk seperti huruf A
·
Bentuk Geodesic, yaitu tenda yang berbentuk setengah bulat.
Tenda
juga di bagi atas dasar lapisannya, yaitu satu lapis dan dua lapis. Lapisan
dalam terbuat dari bahan yang halus dan tembus udara (katun, dsb), sedangkan
lapisan luarnya dari jenis bahan yang waterproof dan windproof.
Sleeping Bags
Kantung tidur yang memiliki fungsi
sebagai alas tidur dan selimut tidur, menyediakan insolasi yang tepat bagi bagi
suatu temperatur luar tertentu
Ransel
Tempat penyimpan barang bawaan,
dari yang memiliki ukuran kecil hingga ukuran besar (carrier), dan tipe terdiri
dari frameless (non rangka), frame (berangka), dan frame purpose (serbaguna).
Tali
Jenis tali yang sering dipakai
adalah terbuat daribahan nylon, yaitu
1. Hawser laid,
terdiri dari serabut nylon yang dijalin tiga. Keuntungan adalah lebih tahan
terhadap gesekan batuan dan lebih gampang diketahui kalau ada
cacat/kerusakannya yang kurang hampir 0% sehingga kalau seseorang terjatuh dan
memkai hawser haid hentakannya akan terasa sekali.
2. Kernmantel,
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam yang disebut kern dan bagian luar
yang disebut mantel. Terbagai dalam dua jenis :
·
Tali Dinamis, mempunyai elastisitas elongasi yang tinggi berkisar
antara 10 -5%, apabila terkena beban normal sehingga dalam menahan jatuh
dapat menyerap tenaga jatuh (impact force) yang cukup tinggi. Digunakan
dalam Rock Climbing.
·
Tali Static, mempunyai daya elongasi yang tidak terlalu tinggi
antara 3 -5%, apabila terkena beban normal. Dipakai pada kegiatan naik dan
turun dengan peralatan mekanik, seperti dalam penelusuran gua dan pada tali
lintasan, dimana tenaga gerak yang dilakukan tidak habis terserap elongasi
kelenturan yang terjadi.
Tali ini juga memiliki hitungan BS
(Breaking Streght) yaitu daya yang diperlukan, dimana pada tali yang
tidak terjadi pengurangan kekuatan yang disebabkan oleh karabiner, simpul,
tekukan. B.S terhadap tekukan dan tekanan/edgess, maksimum B.S akan berkurang
kekuatannya, apabila tali melewati karabiner atau tekukan/tekanan lainnya
mencapai 30% dari maksimumnya.
Descender
Yaitu alat yang digunakan untuk
turun melalui tali, terdiri dari beberapa macam :
·
Eight. Descender sering digunakan dalam rockclimbing, ringan mudah
pemasangannya, tapi mengakibatkan tali melintir dan tidak efektif untuk jarak
turun yang panjang.
·
Brake bar Descender, Dibuat dari karabiner yang di susun sedemikain
rupa, sehingga bisa menimbulkan friksi pada tali. Sangat menguntungkan pada
saat darurat. Tali tidak melintir.
·
Capstan Descender, bekerja atas dasar adanya gesekan pada tali
yang terpasang melingkar pada dua buah capstan. Tali tidak melintir dan efektif
untuk jarak turun maksimal 50 -60 m.
·
Rack descender, tali dilewatkan pada batangan-batangan yang
memanjang seperti rak, sangat efektif untuk jarak panjang lebih besar 50 m.
Ascender
Alat yang digunakan untuk naik
melawati tali, sering juga disebut jumar. Bekerja dengan cara mekanikal, yaitu
dengan cara mengepit tali, sehingga akan tertahan kalau terkena beban, tapi
akan didorong leluasa ke atas bila tidak kena beban. Dengan cara prusik loop,
yaitu denag melilitkan tali yang diameternya maksimum 1/2 dari daimeter tali
utama dengan teknik tertentu, sehingga akan berfungsi sama dengan model-model
mekanikal.
Carabiner
/ Cincin kait / Snapring
Alat
paling fital dalam pendakian. Terbuat dari allumunium Alloy, berbentuk cincin
dengan bukaan yang ditahan oleh pegas dan ada yang ditambah dengan pengaman
mur/skrew. Jenisnya menurut bentuk dan kegunaan :
·
Oval carabiner : Berbentuk oval simetris, terutam digunakan untuk
mengaitkan ala-alat bantu seperti descender dan ascender.
·
D. carabiner ; berbentuk huruf D simetris atau trapesium,
merupakan pengembangan dari oval carabiner, berkarakteristik, tertanggungnya
beban pada sisi terkuat dari carabiner.
·
Offset D. crabiner : Pengembangan dari D. carabiner berbentuk D
tetapi tidak simetris, salah satu dari sisi miringnya melebar, sehingga membuat
jarak bukaan menjadi lebih lebar dan adanya salah satu sisi miring yang lebih
panjang, sehingga dapat lebih banyak menampung kaitan.
·
Hitch/Spear Carabiner , dibuat terutama untuk dipakai untuk
membelay dengan cara "Italian Hitch"
0 Loroseng Ada.ta:
Posting Komentar