Tempat berlindung atau disebut shelter sangat
penting, shelter yang dibuat disini dapat menjadi tempat berlindung saat panas,
menahan angin yang kencang, berteduh saat hujan dan dapat menahan hawa dingin.
Tujuannya adalah supaya dapat beristirahat dengan tenang. Pada kondisi
survival, istirahat menjadi sangat esensial untuk mengirit tenaga dan menjaga
kondisi agar tetap fit.
Shelter dapat dibuat dari bahan-bahan yang
tersedia disekitar kita, bahan dasar yang sering digunakana yaitu batang kayu,
tali, dan lembaran kain atau plastik (sheet).
LOKASI BURUK UNTUK SHELTER
1. Puncak bukit yang
mendapat hembusan angin langsung.
2. Dasar-dasar lembah
yang lembab, karena dingin dan berkabut jika dimalam hari
3. Di lereng-lereng
tempat tempat aliran air dan merupakan jalur hewan mencari air.
4. Pada teras-teras
bukit, dimana genangan air dapat terjadi
5. Di bawah pohon besar
yang sudah lapuk.
TEKNIK MEMBUAT SHELTER
Dalam keadaan survival hal pertama yang
sebaiknya dibuat sebelum melakukan tindakan lebih lanjut adalah membuat
shelter, mengapa ? kita tidak mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk
membangun sebuah shelter sederhana, belum lagi jika kita memiliki penerangan
sama sekali atau ada yang terluka dan tidak dapat banyak bergerak. Nanti
setelah shelter dibangun baru kita memikirkan tindakan berikutnya seperti
mencari pertolongan.
Tipe Shelter
Adapun teknis pembangunannya tergantung
improvisasi kita dilapangan, yang terpenting dalam membangun shelter adalah,
kita merasa nyaman tidur/istirahat didalamnya. Pembuatanya pun tergantung
ketersediaan dan kemudahan yang kita lihat, antara lain :
·
Patahan pohon tumbang, pohon besar yang patah akibat
sambaran petir atau dorongan pohon yang tumbang sekitarnya, memiliki ruang
dibawah patahan batang yang miring ketanah, pada bagian tersebut dapat
dijadikan tempat sementara untuk isitirahat karena bagaimanapun cukup berbahaya
tidur dibawahnya, namun bagaimana juga daripada tidur dialam terbuka. Sehingga
sebelum tidur didalamnya lakukan pengamanan seperti memeriksa apakah batang
akan bergeser jika ratingnya digerakkan atau mengikat pada patahan tersebut
sehingga tidak dapat bergerak bebas.
·
Lubang/saluran kering, umumnya berupa bekas galian
atau saluran air yang sudah tertutup, namun sebelum menggunakannya pastikan
bukan saluran erosi yang aktif (umumnya tidak memiliki vegetasi). Tutup lubang
tersebut dengan potongan kayu dan sisakan sedikit untuk lubang masuk, jika
masih kurang cukup hangat tutup sela-sela kayu dengan rumput atau vegetasi
rimbun
·
Barisan batu, mirip dengan pembuatan shelter di
saluran, yaitu membuat barisan batu yang ditupuk persegi atau melingkar, jika
sudah cukup tinggi kemudian atasnya ditutup dengan potongan kayu dan vegetasi
·
Alang-alang, adalah tanaman sejenis rumpu-rumputan
setinggi ± 1 m berumpun yang hidup didaerah perairan atau rawa. Untuk membuat
shelter dari alang, kita membutuhkan kayu sebagai tiang, jika tidak ada dapat
menggunakan alang-alang sendiri dengan cara mengikat beberapa alang-alang
menjadi satu (mirip sapu lidi) lalu ditegakkan, dapat pula dilengkungkan
sehingga jika ditambah dengan tiang alang-alang satunya membentuk lengkungan,
yang jika disatukan dapat menjadi atap, lalu lengkungan ini dibuat banyak dan
setelah mencukupi antara lengkungan tersebut dihubungkan juga dengan
alang-alang. Lalu dibuat dindingnya dari anyaman alang-alang, termasuk atap dan
alas tidur. Tanaman ini sangat efektif untuk membuat shelter namun perlu
diingat semua alang-alat harus dalam kondisi kering agar tidak lembab. Namun
kekurangannya adalah tidak kokoh dalam menghadapi hujan lebat atau angin
kencang.
·
Tepees, yaitu bivak indian amerika. Teknik
pembuatannya dengan mengikat lima atau lebih ujung batang kayu, kemudian
didirikan dengan simpul berada diatas dan merentangkan ujung satunya dibawah.
Lalu selimuti batang kayu tersebut sehingga terlihat seperti topi kerucut,
lebih tinggi lebih baik dan lebih lebar lebih nyaman hanya saja bagian
tengahnya perlu ditutupi agar air tidak masuk. Kelebihannya adalah kita dapat
membuat api, memasak didalamnya, kokoh, tapi shelter ini membutuhkan lembaran
penutup yang lebih luas dan kayu yang kokoh serta pembangunannya sulit. Jika tidak
memiliki kayu dapat pula dengan cara kain yang menutupi tepees digantung dari
dahan pohon kemudian tepi lembaran yang di mekarkan seperti kelambu.
·
Lembaran kain/plastik, salah satu teknik yang sering
digunakan yaitu dengan menggunakan lembaran tersebut untuk menjadi atap,
dinding, dan lantai. Tergantung kreatifitas kita dalam membuatnya, bentuk
sheternya mirip prisma segitiga, dibantu dengan alat lain seperti tali dan kayu
dapat menjadi shelter yang lebih nyaman dibanding tiga cara diatas.
TINGGAL DALAM GUA
Tinggal dalam gua merupakan pilihan baik
untuk berlindung, namun gua jarang yang tidak berpenghuni. Untuk menjadikan gua
sebagi tempat tinggal ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain
·
Letak goa, perlu diketahui posisi gua pada dinding
tebing/gunung untuk memudahkan transortasi, mobiltas, dan tidak jauh dengan
sumber air dan makanan. Selain itu tidak jauh dari posisi kecelakaan/awal
kehilangan kontak agar proses pencarian korban tidak sulit
·
Kondisi fisik goa, berupa jenis batuan, tipe gua, berair
atau tidak, dan sebagainya. Memperkirakan kekokohan gua dalam menghadapi cuaca
buruk, dan antisipasi bahaya dari dalam gua sendiri seperti muncul air bah
·
Penghuni goa, sangat perlu diketahui karena dengan
adanya hewan berarti ada komunitas rantai makanan didalamnya, misalnya banyak
dihuni kelelawar berarti ular pun ada di dalamnya
·
Kedalaman goa, kita mungkin hanya berani memeriksa
kedalaman gua sampai batas remang-remang, tidak sampai jauh kedalam, dan memang
berbahaya memeriksa gua sampai kedalam dengan persiapan seadanya. Jika kita
sadari ini bahwa ini gua cukup dalam maka sebaiknya tinggal dalam gua sebagai
pilihan kedua. Jika darurat misalnya hujan lebat kita boleh bernaung
didalamnya.
·
Kenyamanan tinggal, jika gua tersebut layak untuk
ditinggali maka buatlah beberapa peralatan tambahan seperti screen semacam
lembaran dinding untuk menahan hembusan angin dimulut gua, atau buat barrier
(penghalang) pada bagian dalam gua untuk membatasi pergerakan kita jauh kedalam
gua.
SEGERA/DARURAT
Menggunakan bentukan alam atau shelter darurat segera dibutuhkan namun
tidak cocok digunakan dalam jangka waktu lama
|
|
Menggunakan patahan pohon
yang tumbang, jika daunnya kurang dapat ditambahi dengan daun lainnya, untuk
menghangatkan badan buat api kecil di depannya. Perlu diingat keamanan pohon
ini perhatikan apakah dalam kondisi lapuk atau tidak
|
Dibuat pada cerukan tanah
atau saluran air yang tidak berfungsi lagi, jika dalam kondisi hujan
sebaiknya hindari shelter seperti ini. Carilah kayu dan daun-daun atau rumput
untuk menutupi bagian atasnya
|
Prinsipnya sama dengan pada
cerukan hanya saja disini dilakukan pada batang kayu yang lebih besar,
kemudian membuat ruang perlindingan disampingnya, perhatikan sumber angin,
usahakan sisi hembusan angin dari arah beralawan
|
Memakai batu-batu yang
ditumpuk melingkar, kemudian ditutupi dengan kayu dan daun-daunan. Caranya
ini harus memperhatkan bentuk batuan dan teknik menyusunnya jangan sampai
jatuh/rubuh saat kita tertidur di damanya
|
TEPEES
Adalah bivak model indian amerika, namun
juga terdapat pada daerah nomaden seperti di Mongol dan Arab dengan variasi
yang berbeda tentunya
Cukup kokoh, dan dapat membuat api
didalamnya, hanya saja membutuhkan lembaran penutup yang lebar. Makin lebar
lingkaran makin baik begitu pula makin tinggi makin kuat/kokoh
|
||
SHEET
Bahan utama sheet/lembaran
yang dapat berupa plastik, kain, ponco, dan sebagainya. Dibantu dengan tali
dan kayu, atau parang/pisau untuk memotong kayu dan membuat tali. Setiap
shelter diatas tergantung dari tujuan, kondisi dilapangan, arah angin, bahan
yang tersedia, dan waktu serta efesiensi dalam penggunaannya. Diatas
merupakan sebagian dari model bangunan shelter dengan bahan sheet, masih ada bentuk
lain yang dapat ditemukaan jika kita dapat berimprovisasi
|
||
Jika memiliki banyak bahan
kayu dapat pula dikembangkan model bivak dengan membuat rangka, sehingga
lebih kuat dan kokoh
|
RUSHER - ALANG-ALANG
Cukup baik untuk dijadikan
shelter jangka panjang, dapat dianyam sedemikian rupa menjadi tiang, dinding,
atap, dan alas. Hanya kekurangannya agak rapuh jika basah
|
||
DINDING DAN ATAP
DAUN KELAPA
Satu tangkai daun kelapa, dibelah dua kemudian daunnya di cabut satu
persatu kemudian dijalin menjadi atap, atau jika membuat dinding dapat dengan
menjalin daun kelapa seperti bentuk tikar, yaitu dari satu tangkai yang
dibelah dua lalu hilangkan batang lidinya (sehingga daunnya terbelah dua) dan
kemudian masing-masing daun dijalin secara diagonal satu sama lain hingga
ujung, jika ingin membuat yang cukup lebar dapat pula dengan menggabung
jalinan dinding pada sisi ujung daun di jalin kembali sehingga rangka daun
yang panjang ada pada masing-masing sisi
|
BAMBU
Tanaman bambu sudah sering digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembangunan rumah, selain kuat, juga ringan dibanding
gelondongan kayu. Bambu utuh dapat dibelah melingkar menjadi 4 – 8 bagian
untuk dijadikan dinding dan dibagi 4 untuk atap, dapat juiga jika dijadikan
saluran air hujan
|
||
DAUN
Pada daun yang memiliki tiga bercabang
lembar/alur cukup praktis jika dipasang dalam susunan kayu untuk dijadikan
dinding atau atap
|
||||
Untuk daun yang lebar dan panjang dapat
menggunakan kayu sebagi penjepit daun sehingga daun tidak bergeser, dapat
pula dilipat pada barisan kayu, atau dijahit
|
||||
Model jahitan pada daun, dapat berupa
tenunan dari pangkal daunsendiri atau di jahit langsung pada lembaran daun
|
||||
CAMPURAN/ANYAMAN KAYU
API
TEMPAT MEMBUAT API
Jika tanah dalam kondisi
basah dapat menggunakan gelondongan kayu sekaligus sebagai bahan bakar
|
Jika tidak ada kayu dapat
mengunakan alas tumpukan batu
|
Agar angin tidak mudah
mematikan api yang dibuat, dapat membuat lubang untuk dijadikan tempat
perlindungan
|
Menemukan lubang mirip gua,
cocok untuk tempat penyimpanan api
|
0 Loroseng Ada.ta:
Posting Komentar