Baju KSR PMI Unit STIKMA Watampone
Jumat, Agustus 17, 2012 |
Label:
The Red Cross
Read User's Comments(0)
Desain Baju Ospek Bina Akrab
Jumat, Agustus 17, 2012 |
Label:
STIKMA Watampone
PANJAT TEBING
Jumat, Agustus 17, 2012 |
Label:
Alam Bebas
Pendahuluan
Pada dasarnya, rock climbing atau dalam
indonesia disebut Panjat Tebing adalah teknik memanjat tebing batu dengan
memanfaatkan cacat batuan dan merupakan salah satu cara untuk mencapai puncak.
Pada awalnya orang melakukan panjat tebing karena alasan mata pencaharian
seperti yang dilakukan sebagian orang Perancis yang memanjat Pegunungan Alpen
untuk berburu kambing gunung (chamois), atau di Indonesia seperti
pengunduh sarang burung walet gua di Kalimantan Timur. Pada perkembangannya banyak tujuan orang
memanjat tebing namun pada dasarnya adalah sama yaitu suatu cara mencapai suatu
tempat atau puncak.
Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan
perlengkapan yang dipergunakan, selain itu juga adanya prinsip dan etika dalam
pemanjatan. Seorang pemanjat tebing dituntut untuk berani, teliti, kemampuan
berfikir dan bertindak di saat kritis. Selain itu diperlukan juga kekuatan
fisik yang prima, kelenturan dan penguasaan teknik yang benar, karena hal-hal
tersebut di atas merupakan dasar dari panjat tebing. Secara umum dasar-dasar
tersebut bertujuan agar kita memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar pemanjat
tebing yang nantinya kita gunakan dalam sebuah pemanjatan pada medan
sebenarnya.
Panjat tebing merupakan salah satu dari
cabang mountaineering yang paling penting, memerlukan kecakapan mendaki tebing
batu yang terjal, kemampuan analisa yang tinggi, mental baja, serta ketahanan
fisik yang besar. Rock climbing dapat dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu
kecakapan mendaki, orientasi jalur/route finding, protection, dan mentalitas.
Klasifikasi Panjat Tebing
Pemanjatan tebing menurut lama pemanjatan dan
ketinggiannya, terbagi dalam tiga jenis, namun dalam pembedaan ini satu sama
lainnya tidak terpisahkan secara jelas.
BOULDERING
Pemanjatan dilakukan pada tebing yang tidak
terlalu tinggi, bisa pemanjat melakukan gerakan secara vertikal, kiri-kanan dan
naik turun. Gerakan ini dilakukan berulang kali. Untuk bouldering ini
perlengkapan yang digunakan ditekan sedikit mungkin. Jadi pemanjat hanya
memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering adalah :
·
Sebagai pemanasan bagi pemanjat sebelum melakukan
pemanjatan di dinding tinggi.
·
Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit.
·
Untuk melatih endurance
CRAG CLIMBING
Merupakan panjat bebas,dan dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1.
2. Multi pitch climbing
: pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan
pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai
untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man).
BIG WALL CLIMBING
Jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi
dari crag climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan
juga memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, pengaturan mengenai
makanan, perlengkapan tidur dan yang lainnya. Dalam pemanjatan bigwall ada dua
sistem yang dipakai yaitu :
1. Alpine Push atau
Siege Tactic
Dalam alpine push, pemanjat
selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan
untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan
berakhir.
2. Himalayan Tactic
Pemanjatan big wall yang
dilakukan sampai sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk
istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih
menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan
sampai puncak.
Perbedaan dari keduanya adalah :
Alpine Push :
·
Waktu pemanjatan lebih singkat
·
Alat yang digunakan lebih sedikit
·
Waktu istirahat sedikit
·
Perlu load carry
Himalayan Tactic :
·
Waktu pemanjatan lebih lama
·
Alat yang dibutuhkan lebih banyak
·
Waktu istirahat banyak
·
Tidak memerlukan load carry
Tingkat Kesulitan (Grade) Dalam Panjat Tebing
Setiap jenis tebing memiliki tingkat
kesulitan yang bervariasi dan untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan
tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima
(mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Garde 5,7-5,8 Adalah
tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk
pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan
tebing belum mencapai 90 derajat.
Garde
5,9. Tingkat kesulitan
pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai
berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Garde
5,10. Pada tingkat ini
pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi
besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua
tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Garde
5,11. Tingkat kesulitan ini
lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang
lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari
saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada
tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang
dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Garde
5,13-5,14. Jalur lintasan ini
bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu
tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu
pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain
juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara
lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Kecakapan Panjat Tebing/Pendakian
Kecakapan dalam panjat tebing meliputi
pengenalan peralatan/perlengkapan dan teknik-teknik dalam pemanjatan tebing.
PENGENALAN TEBING
Tebing sendiri merupakan prasarana dalam
kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui
antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai
dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk
tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut vertikal), overhang
(bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof
(bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak
menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau
180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian
tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan
bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak
dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face
(permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan
tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada
cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai
celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan
yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik
penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
PENGENALAN PERALATAN
Tali
Carabiner
Carabiner atau snaplink adalah cincin
kait yang terbuat dari allumunium alloy yang bentuknya beragam dan mempunyai gate
yang berfungsi seperti peniti dan mempunyai kekuatan yang bervariasi
tergantung pada beberapa hal antara lain logam, bentuk, penampang lintang dan
pintunya. Sedang kelemahan dari carabiner terletak pada pintunya terutama pin
engsel dan pin penguncinya.
Ada 2 jenis carabiner yaitu :
·
Carabiner screw gate (menggunakan kunci pengaman)
·
Carabiner non screw gate (tanpa kunci pengaman)
Piton
Piton adalah sepotong logam dibentuk agar
berfungsi sebagai pasak celah tebing batu. Piton dari baja kromalin lebih
banyak digunakan pemanjat karena alat ini mudah dicabut untuk digunakan kembali
dan sangat menguntungkan untuk pemanjatan artificial pada suatu tebing yang
panjang. Secara umum piton terbagi dua yaitu :
·
Piton bilah (piton blade)
·
Piton siku (piton angle)
Dari kedua tipe ini dikembangkan bermacam-macam bentuk piton sesuai
dengan jenis celah batu yang ada dan selain itu ada lagi piton yang khusus
dipakai (penambat tali) dalam rapelling.
Chock & Friend
Chock adalah sebuah alat yang dimasukkan pada
celah batu dengan jari tangan sehingga terjepit dan dapat menahan beban berat
dari arah tertentu, chock mempunyai 3 bentuk yaitu :
1. Bulat
2. Segi enam
(hexentric)
3. Baji (stopper)
Friend adalah sebuah alat penjepit, yang
fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi chock, kemampuan friend menyesuaikan
ukuran bentuknya agar bisa digunakan pada berbagai celah batu.
Etrier/Stirrup
Etrier/Stirrup (tangga gantung) adalah alat
untuk pemanjatan artificial. Etrier ada dua macam yakni dari webbing dan dari
logam campuran alumunium. Dengan tangga ini pemanjat dapat bertumpu setinggi
mungkin pada tebing yang curam, bercelah tipis dan blank, serta memudahkan
pemanjat untuk menambah ketinggian.
Hammer
Palu untuk memanjat tebing sedikit berbeda
dengan palu untuk paku. Pada pemanjatan artificial, kepala palu harus cukup
berat agar dalam penancapan piton bias dilakukan dengan mudah, bagian kepala
palu lebar, bagian ekor berbentuk baji (wedge) atau meruncing.
Sepatu panjat
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam
pemanjatan :
1.
Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini
menggunakan sol yang halus
·
Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena
solnya tipis
·
Untuk medan kering
·
Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing
yang miring (overhang), pijakan membulta (slob).
·
Ringan
2.
Sepatu yang solnya kaku
·
Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan
tajam.
·
Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri
pada pijakan kecil dan tajam.
·
Berat
·
Untuk medan basah dan kering.
Helm
Seorang pemanjat tebing dianjurkan memakai
pelindung kepala atau helm. Perlengkapan ini berfungsi melindungi kepala dari
benda yang jatuh dari atas trutama batu dan benturan kepala dengan tebing
ketika jatuh.
Harness
Alat pengaman pemanjatan yang dapat menahan
atau mengikat badan. Ada dua jenis harness :
·
Seat harness, menahan beban badan pemanjat tebing
yang jatuh agar tidak mematahkan pinggulnya.
·
Full body harness, menahan beban badan pemanjat
tebing pada bagian pinggul, dada, punggung, dan paha.
Webbing
Webbing adalah pita yang tebuat dari bahan
nilon yang mempuntai kekuatan sama dengan tali, meskipun tidak mempunyai daya
lentur, kegunaannya banyak sekali antara lain adalah untuk sling, tangga
gantung dan sebagainya.
Ascender dan Descender
Ascender adalah alat penjepit tali yang
berfungsi jika beban bertumpu padanya, sehingga tidak dapat melorot. Prinsipnya
dapat dinaikkan walaupun dalam keadaan terkunci, jika akan menurunkan harus
membuka kunci terlebih dahulu.
Descender adalah sebuah alat untuk turun
dengan tali yang menggunakan system gesekan. Tali dapat bergeser pada alat ini
sehingga gerakan turun dapat dikontrol dengan baik dan membantu dalam
pengereman. Dari sekian banyak tipe yang ada, figure of eight dan gri-gri cukup
baik dipakai karena mempunyai fungsi ganda sebagai alat belaying.
Chalk Bag
Berbentuk kantung kecil ditempatkan pada
bagian belakang, berisi kapur yang mengadung Magnesium (Mg) yang berfungsi
mengeringkan tangan yang basah oleh keringat.
Pada kebanyakan orang keringat keluar karena
panas yang keluar dari tubuh, hal ini disebabkan pengaruh hormonal tubuh yaitu
saat berada di ketinggian tertentu memunculkan perasaan takut yang membuat otak
berpikir bahaya yang mengancam sehingga hormon aldenarin memacu jantung lebih
cepat dari biasanya dan tubuh menjadi panas sehingga mengeluarkan keringat.
Biasakanlah
beristirahat saat pemanjatan untuk mengatur langkah dan nafas, dan tidak
usah terburu-buru
TEKNIK PANJAT TEBING
Meliputi teknik-teknik khusus dalam rock
climbing yang berhubungan dengan pemanfaatan anggota tubuh maupun dengan alat
bantu/artificial climbing.
Tangan dan Kaki
·
Hold
Yaitu istilah untuk
menunjukkan tempat dimana kaki dan tangan diletakkan dan mendapatkan pegangan.
Hold tentu saja bervariasi dalam ukuran, bentuk, jenis batuan, serta
friksi/gesekan yang dipunyai. Jenis-jenis hold, yaitu : flat hold dan mantle
shelf, finger hold, pinch grip, foot hold, side
hold, jug hold, lay backing, opposition, small hold,
under cuts.
·
Jamming
Adalah teknik dimana
tangan/kaki dimasukkan /dijepitkan pada celah yang ada sehingga merupakan
penguat kedudukan.
Tubuh
Chimneying, yaitu pemanfaatan celah yang
lebar sebagai sarang pendaki, dengan menggunakan kaki, tangan dan punggung
secara bersamaan.
Stirrups/Etriers
Alat bantu yang berujud tangga dari tapes dan
metal yang digantungkan pada batu yang menonjol, maupun pada pasak/paku bor
yang telah dipasang sebelumnya.
Ascender
Alat bantu yang dikaitkan ke tali apabila
didorong ke atas (lewat tali) akan tetapi tidak bias ditarik ke bawah, sehingga
akan menahan beban si pendaki agar tidak jatuh. Jenis-jenisnya yaitu jummar,
clogs (mekanis), prusik loops.
TIPE PEMANJATAN
Kecakapan mendaki juga termasuk pengenalan
terhadap jenis-jenis pendakian yang ada, yaitu :
Face Climbing
Yaitu memanjat pada tebing dimana masih
terdapat tonjolan-tonjolan ataupun celah-celah yang dapat digunakan sebagai
pijakan kaki maupun pegangan tangan. Dalam face climbing yang harus
diperhatikan adalah :
·
Tumpuan, percayakan berat badan pada kaki, bukan
pada tangan. Tangan lebih dipakai untuk mengatur keseimbangan.
·
Jangan rapatkan badan pada tebing karena akan
memudahkan momen gaya pada kaki akibatnya mudah tergelincir.
·
Jangan memindahkan tangn/kaki terlalu jauh supaya
berat badan tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan.
·
Jangan tergesa-gesa dan terlalu cepat dalam
bergerak.
·
Ingat hokum tripot, yaitu usahakanlah selalu ada
tiga titik tumpuan, 2 tangan satu kaki atau satu tangan 2 kaki.
Friction/Slab Climbing
Dalam pendakian ini semata-mata hanya
mengandalkan daya gesek sebagai penumpu. Ini sering terjadi pada tebing yang
tidak terlalu vertical/slab, dimana kekasaran permukaan tebing cukup dapat
menahan tubuh. Sepatu yang baik dan pembebanan maksimal pada kaki adalah hal
yang penting dalam pendakian jenis ini.
Fissure Climbing
Dalam pendakian jenis ini, anggota tubuh
diumpamakan sebagai pasak yang dijepitkan pada celah-celah yang ada, sehingga
merupakan daya penahan bagi tubuh kita. Disinilah jamming dan chimneying
berfungsi.
Pemanjatan biasanya dilakukan secara berkelompok,
dengan tugas yang berbeda, yaitu :
·
Leader, pemanjat yang naik pertama kali
·
Second man/belayer, pemanjat kedua sekaligus yang
menambat atau mem’belay’ leader.
PEMANASAN PEMANJAT
Pemanasan merupakan awal dari aktivitas
olahraga, termasuk olahraga panjat tebing Dan bentuk dari pemanasan itu
bermacam-macam, antara lain peregangan. Sedangkan metode peregangan terdiri
dari tiga macam yaitu :
·
Metode statis, masyarakat umum mengenalnya dengan
istilah stretching.
·
Metode dinamis, dikenal dengan istilah senam pemanasan.
·
Metode pasif, peregangan yang dibantu orang
lain.
Dengan melakukan stretching kita akan mendapatkan beberapa keuntungan,
yaitu :
·
Otot akan siap menerima beban tambahan yang lebih
berat lagi.
·
Membantu koordinasi kerja otot agar dapat lebih
mudah untuk bergerak.
·
Memperluas daya gerak dari persendian otot.
·
Mempermudah gerak yang akan dilakukan .
·
Tindakan preventif untuk mencegah terjadinya cedera
pada otot dan sendi.
·
Menghindarkan rasa sakit pada otot, setelah latihan
yang berat
·
Selama gerakan stretching dilakukan maka hanya
otot-otot yang bersangkutan saja yang
,menerima beban, sedangkan otot
antagonistisnya tidak.
Metode statis lebih sedikit memakai energi,
jika di bandingkan dengan metode dinamis.
Sistem Pengaman
Anchor (dibaca : angker)
atau tempat untuk berkait seperti jangkar kapal namun dalam rock climbing
disebut pengaman adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban.
Tali dimasukkan pada anchor melalui carabiner sehingga pemanjat dapat tertahan
oleh anchor bila jatuh. Ada dua jenis anchor :
1. Natural anchor, bisa
berupa pohon, lubang tembus, tonjolan batu yang menyerupai tanduk (horn).
2. Artifisial anchor,
adalah anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh
pemanjat sebagai pengaman. Bentuk dan modelnya disesuaikan dengan cacat batuan
contohnya chock, friend, piton dan lain-lain.
Penempatan runner pada sebuah jalur
tujuannya adalah untuk mengurangi akibat jatuh yang sangat fatal, maka
penempatan runner pada jarak-jarak tertentu di tebing perlu dilakukan.
Menempatkan runner sebanyak mungkin berarti memperkecil fall factor (resiko
pemanjat jatuh dengan tali yang terulur).
Seorang pemanjat tebing juga harus mempunyai
pengetahuan tentang masa pakai alat, frekuensi pemakaian, prestasi alat,
karakteristik dan cara kerja alat. Kecelakaan yang ada sangkut pautnya dengan
pralatan lebih banyak terjadi karena kesalahan pemakaian (human error),
bukan unjuk kerja (performance) alat. Dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan pada panjat tebing sebagian besar
disebabkan dalam penguasaan teknik dan peraltan, jika semua prosedur pemanjatan
sudah dilakukan dengan benar resiko buruk akibat jatuh dapt diperkecil.
Catatan :
Leader adalah pemanjat pertama yang melakukan
pemanjatan atau membuka jalur pemanjatan. Pada tahap menjadi seorang leader,
seorang pemanjat harus sudah menguasai dan terampil dalam semua teknik yang ada
dalam rock climbing. Belayer (Ground and Hanging) adalah cara atau
teknik dasar untuk persiapan penyelamatan pada pemanjat pertama untuk menambah
ketinggian. Cara atau teknik ini harus dikuasai oleh seorang pemanjat selain
dapat menambah ketinggian dan keamanan belayer itu sendiri.
Manajemen Tali (Rope Management)
Untuk pemanjatan dalam panjat tebing (rock
climbing) pada umumnya ada dua macam, yaitu :
1. Pemanjatan dengan
tali tunggal, pemanjatan yang menggunakan satu tali utama.
2. Pemanjatan dengan
tali ganda, pemanjat yang menggunakan dua tali utama.
Kedua teknik ini pada intinya mengenai penggunaan tali pemanjatan dan
penguasaan tentang tali-tali dalam suatu kegiatan rock climbing. Dalam
pelaksanaan rock climbing semua unsure pengaman bagi pemanjatan baik yang ada
pada pemanjat ataupun yang dipasang di tebing harus menyesuaikan simpul dan
tali. Penempatan dari ketrampilan tali-temali ini harus menggunakan simpul yang
tepat dan efektif, agar dapat membantu menolong diri sendiri ataupun teman.
Manajemen Pemanjatan (Climbing Management)
Dalam suatu kegiatan olahraga alam bebas,
mengetahui medan dengan perencanaan adalah suatu hal yang sangat penting.
Bidang panjat tebing ini memerlukan urutan, tata cara dan prosedur yang tepat
agar menjamin lancarnya pemanjatan, serta memudahkan pengaturan.
Langkah-langkah dalam pemanjatan :
PEMILIHAN JALUR
Jalur yang dipilih berdasarkan data yang
telah ada, baik melalui literature, informasi dari pemanjat lain serta
pengamatan langsung. Pengamatan langsung merupakan cara yang paling baik,
karena dapat mengetahui kondisi tebing yang sebenarnya, sering disebut
orientasi jalur. Dalam orientasi jalur ada beberapa hal penting yang sangat
berguna dalam pemanjatan, antara lain :
·
Dapat memperkirakan tinggi, jenis batuan, berapa
pitch yang akan dipanjat.
·
Menentukan titik awal pemanjatan.
·
Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.
·
Memperhitungkan penempatan anchor untuk istirahat,
pergantian leader untuk hanging belay juga hanging bivaak.
PEMBAGIAN PERSONIL
Personil dibagi berdasarkan pada :
·
Jumlah personil
·
Kemampuan personil
·
Jalur yang dipilih
·
Sistem pemanjatan
·
Ketersediaan alat
MEMPERSIAPKAN PEMANJATAN
Peralatan yang dibawa disesuaikan dengan jalur yang akan dipanjat
dengan susunan yang rapi dan sistematis. Adapun factor yang mempengaruhi
pemakaian alat adalah :
·
Jenis batuan
·
Cacat batuan
·
Kemampuan leader
·
Pengaman yang tersedia
MEMPERSIAPKAN PEMANJATAN
Setelah semua peralatan siap, maka pemanjatan
dapat dimulai. Hal yang penting dalam pemanjatan beregu adalah adanya
komunikasi antar pemanjat, terutama leader dan belayer. Komunikasi ada dua
bentuk, yaitu bahasa dan isyarat.
Komunikasi bahasa digunakan apabila leader dan belayer masih dalam jangkauan
teriakan. Komunikasi isyarat digunakan apabila leader dan belayer sudah berada
di luar jangkauan teriakan. Dalam kenyataan di lapangan, alat komunikasi lebih
menguntungkan sebab irit energi dan mudah memakainya.
MEMULAI PEMANJATAN
Leader melakukan pemanjatan pitch 1 dengan
membawa dua roll tali sekaligus. Satu tali sebagai tali utama (yang akan
diikatkan pada runner) dan tali tambat (fixed rope). Fixed rope ini
dapat juga sebagai transport antara leader dan personil yang ada di bawahnya.
CLEANING
Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan
memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh naik. Personel kedua
melakukan jummaring dan sekaligus
menyapu runner yang telah dipasang leader. Jummaring dilakukan pada fixed
rope dengan berbagai keuntungan :
·
Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak
terjadi pendulum.
·
Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil
sehingga memudahkan pengambilan.
·
Gerakan lebih bebas.
Agar cleaner
tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama
dengan fixed rope harus dihubungkan. Tugas cleaner :
·
Membersihkan jalur dan menyapu runner
·
Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya.
·
Sebagai leader untuk pitch berikutnya.
·
Membawa tali untuk pemanjatan.
PEMANJATAN UNTUK PITCH 2 DAN SELANJUTNYA
Setelah cleaner sampai di pitch 1 langsung
persiapan untuk pemanjatan berikutnya. Pada pitch 2 ini cleaner menjadi leader
dan yang tadi sebagai leader berganti menjadi belayer. Sementara itu personil
yang masih di bawah naik dengan jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan
personil dari bawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader
pada pitch 2, yang hanya perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama
karena gerakan leader. Untuk pemanjatan selanjutnya pada pitch berikut prosedurnya
sama seperti di atas.
TURUN TEBING
Setelah semua pemanjat sampai puncak atau
telah menyelesaikan target yang ditentukan, maka yang harus dilakukan adalah
turun tebing (rapelling). Untuk rapelling perlu dibuat anchor sebagai penambat
tali. Setelah tali terpasang maka rapelling siap dilakukan. Rapelling dapat
dilakukan pada tali tunggal atau ganda (double). Personel yang turun pertama
kali harus membawa tali dan memasang pada pitch berikutnya. Personel yang
terakhir sebaiknya menggunakan double rope dan tali hanya dikalungkan pada
anchor, agar tali tersebut dapat ditarik ke bawah, begitu seterusnya untuk
setiap pitch.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rapelling :
·
Ujung bawah tali harus disimpul
·
Tali antar pitch harus selalu dihubungkan
·
Waspada terhadap runtuhan batuan
DI DASAR TEBING
Setelah semua pemanjat turun, dilakukan
pendataan dan pengecekan peralatan yang dipakai.
PEMBUATAN TOPO
Topo adalah gambar atau sket jalur yang
berhasil dipanjat. Sket ini dilengkapi dengan data sebagai berikut :
1. Nama jalur
2. Lokasi
3. Jenis batuan tebing
4. Tinggi tebing
5. Sistem pemanjatan
6. Teknik pemanjatan
7. Waktu pemanjatan
8. Tingkat kesulitan
(grade)
9. Data peralatan yang
digunakan
10. Daftar pemanjat
Jenis Pembuatan Jalur
Secara umum ada dua aliran teknik pembuatan
jalur yang dewasa ini dapat dianut yaitu aliran tradisional dan aliran modern.
Perlu diingat, tulisan ini membahas teknik pembuatan jalur untuk diselesaikan
secara free climbing.
Pembuatan jalur secara tradisional pada
prinsipnya adalah membuat jalur sambil memanjat. Teknik ini cenderung bernilai
petualang, karena lintasan yang akan digunakan sama sekali baru, tanpa
pengaman, tanpa dicoba lebih dahulu, dan pemanjat langsung membuat jalur
tersebut dari bawah sampai puncak.
Sementara itu ada dua cara yang banyak dilakukan
dalam teknik pemanjatan modern.
·
Cara 1 adalah dengan teknik tali tetap (fixed rope
technic). Pada teknik ini, pembuatan jalur dapat dilakukan dengan rapelling
(rap bolting) atau ascending pada tali tetap (fixed rope) yang telah terpasang.
Langkah selanjutnya adalah perencanaan arah jalur dan pemasangan pengaman tetap
(bor).
·
Cara 2 mirip dengan cara 1, tetapi tidak dengan tali
tetap melainkan dengan menggunakan top rope. Kelebihan cara ini, pembuat jalur
dapat melakukan pembuatan arah jalur. Dapat direncanakan arah jalur dan
penempatan pengaman lebih persisi karena gerakan pemanjat dapat diketahui
terlebih dahulu.
Hal penting untuk diperhatikan dalam dua
teknik ini adalah pembuat jalur harus memperhatikan dan mencapai titik akhir
sebagai tempat penambatan tali tetap atau top rope. Titik akhir jalur dapat
dicapai dengan banyak cara, diantaranya dengan melewati jalan setapak atau
lewat jalur lain yang telah ada bila
titik jalur mustahil dicapai karena masih ada lagi yaitu dengan pemanjatan
artifisial. Setelah pembuatan jalur tuntas secara artifisial, pembuat jalur
dapat membatasi atau mengurangi jumlah pengaman (hanger) untuk dipanjat secara
free climbing.
Teori Evakuasi
Cedera atau kecelakaan pada kegiatan panjat
tebing sudah sering terjadi, dan hal tersebut sudah merupakan resiko bagi
penggemar kegiatan yang penuh resiko dan tantangan ini. Bahkan bukan itu saja,
kematian akibat kecelakaan ketika melakukan pemanjatan dapat saja terjadi.
Akibat buruk lainnya adalah patah tulang atauretak tulang ketika
jatuh dalam melakukan kegiatan. Dari kasus semacam inilah, sebagai pemanjat
dituntut untuk sedikit banyak mengetahui teknik evakuasi.
Ada tiga cara mengevakuasi korban pada kasus
kecelakaan kegiatan panjat tebing :
1. Korban diturunkan (lowering)
2. Korban dinaikkan (raising)
3. Korban diseberangkan
(suspension)
Keputusan untuk mengambil salah satu cara yang dilakukan harus cermat
dalam pemilihannya. Sebelum dievakuasi, sebaiknya diketahui stadium korban,
jika sudah diketahui kemudian dilakukan pertolongan pertama (First Aid).
Selanjutnya pertimbangkan lagi cara yang diambil, apakah korban dievakuasi
dengan jalan dinaikkan, diturunkan atau diseberangkan di tebing sebelahnya.
Pertolongan sangat mutlak untuk dilakukan,
pernah ada kasus di tebing Dolomite – Italy, seorang pemanjat jatuh, saat itu
tali utama dililitkan ke perut. Ketika tali utama jatuh, tali yang dililitkan
bergeser ke bagian atas badan kemudian menghantam bagian tulang rusuk sampai
patah, ketika dievakuasi tidak diketahui sejauh mana tulang rusuknya patah,
sehingga main pangku begitu saja. Akibatnya sangat fatal, tulang rusuk yang
patah menusuk paru-paru dan akhirnya pemanjat itu meninggal.
Di Indonesia ada beberapa peristiwa yang
pernah terjadi sehingga dibutuhkan ketrampilan panjat tebing. Pada tahun 1982,
ketika dua orang mengalami kecelakaan di tebing sekitar Maribaya Kabupaten
Bandung, yang satu retak pergelangan lutut, dan yang satu lagi retak bagian
kepala akibat tertimpa batu, kejadiannya pada ketinggian 110 m dari dasar
tebing yang berupa sungai, akhirnya korban dinaikkan. Kemudian tahun 1988, di
tebing Parang, Purwakarta, dari dua orang pemanjat salah satunya jatuh hampir
sepanjang tali (45 m), akibatnya mengalami patah tulang bahu dan jari tangan,
kejadiannya pada ketinggian 300 m dari dasar tebing, korban selanjutnya
diturunkan.
Pada tahun 1989, satu tim sedang melakukan
pembuatan jalur baru di tebing Unta (Kalimantan Barat), salah seorang jatuh
bebas dari tali utama dan tersangkut pada teras batu pada ketinggian 415 m dari
dasar, meninggal, tetapi sulit untuk dievakuasi, akhirnya didatangkan satu tim
panjat tebing dan korban diturunkan setelah tersangkut selama dua hari.
Agar tidak terjadi masalah baru dalam
menangani kasus yang terjadi di tebing, jika tidak merasa mampu sebaiknya
jangan melakukan evakuasi. Tetapi ada baiknya minta pertolongan pada orang lain
yang dianggap mampu.
Dalam pendakian tentu saja harus diperhatikan
faktor-faktor yang dapat membawa kita pada keselamatan, diantaranya :
1. Mengambil keputusan
yang sifatnya untung-untungan, perhitungkan semua resiko yang dapat terjadi
pada diri anda.
2. Melakukan pemanjatan
tanpa dilengkapi peralatan pengaman apapun.
3. Berada di
tempat-tempat yang tinggi atau puncak di waktu hujan atau akan turun hujan.
4. Menjatuhkan batu
atau benda-benda dari atas, jika di bawah masih ada orang. Dalam keadaan
terpaksa beri tanda dengan teriakan serta keterangan kemana arah jatuh
batu/benda tersebut.
5. Memanjat
(prussiking) tali utama yang menjuntai, disebabkan tersangkut oleh sesuatu hal.
Panjat Tebing Es (Snow &
Ice Climbing)
Pada pendakian gunung yang sangat tinggi,
sering kita jumpai medan-medan yang tertutup es maupun salju. Untuk itu
diperlukan alat-alat dan teknik-teknik khusus dalam penjelajahannya.
PERALATAN
Ice Axe/Kapak Es, Digunakan sebagai
:
·
Tongkat untuk berjalan
·
Alat bantu pada tebing-tebing es terjal
·
Untuk belay
·
Berfungsi sebagai rem
Ice Screws, Yaitu sebagai
pasak yang dipakai dalam pendakian gunung bersalju, berfungsi sama dengan piton
dan paku bor, pada rock climbing.
Crampons, Suatu alat yang
berbentuk frame dengan paku-paku yang dapat dipasang pada sepatu pendaki,
gunanya untuk berjalan pada medan bersalju yang menurun (snow slope) maupun
yang terjal.
Self Arrest
Teknik untuk dapat berhenti dengan cepat
waktu tergelincir, yaitu dengan memanfaatkan bermacam-macam posisi yang
menguntungkan disertai dengan bantuan Ice Axe sebagai rem.
Single Axe Technique
|
Pada medan bersalju yang terjal, pendakian
“rope climbing” juga sering digunakan, dengan Ice Screw dan Ice Piton sebagai
runner. Perjalanan dilakukan secara serentak/bersama-sama dan berurutan, jarak
antar pendaki lebih kurang 20 kaki dan dihubungkan dengan tali, sisa tali
dililitkan ke tubuh. Bila salah seorang pendaki tergelincir, yang lain akan
membelay, dengan memanfaatkan Ice Axe sebagai rem.
Lembaga Induk Panjat Tebing Di Indonesia
Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI)
adalah lembaga induk seluruh organisasi yang bergerak dalam bidang panjat
tebing di Indonesia. FPTI bernaung di bawah pembinaan Komite Olah Raga Nasional
Indonesia (KONI) dan berafiliasi kepada UIAA (Union Internationale des
Associations d'Alpinisme) sebagai organisasi payung bagi kegiatan panjat tebing
di seluruh dunia. Olah raga panjat tebing sendiri dewasa ini telah menjadi
cabang resmi di Olimpiade dan di Indonesia telah pula menjadi cabang olah raga
resmi yang dipertandingkan dalam Pekan Olah Raga Nasional (PON).
FPTI saat ini secara rutin menyelenggarakan
kompetisi reguler baik ditingkat nasional maupun lokal / daerah untuk memenuhi
kualifikasi cabang olah raga resmi PON. Setiap peserta / atlit yang rutin
mengikuti jadwal kompetisi dan berhasil menjuarai akan dimasukkan ke dalam
daftar peringkat lokal dan nasional. Atlit yang telah mendapat peringkat
kompetisi kemudian akan diarahkan untuk mengikuti TC (training center) baik
untuk kepentingan daerah, nasional maupun internasional.
Hingga saat ini FPTI telah menyelenggarakan
kejuaraan tingkat dunia yang merupakan salah satu seri dari rangkaian kompetisi
internasional yang menjadi jadwal UIAA. Hasil dari kejuaraan ini sangat
menggembirakan karena atlit-atlit nasional putra dan putri Indonesia mampu
menjadi juara. Dengan demikian peluang Indonesia untuk mengikuti seri kompetisi
internasional maupun olimpiade akan semakin besar.
CATATAN PENTING
H a r u s . . .
1. Mempunyai minimal 2
buah pengaman yang nilai pengamannya sangat tinggi (baik), dalam hal pemanjatan
maupun tahap penambatan.
2. Belayer (penambat) selalu
dapat melihat gerakan-gerakan orang yang sedang ditambat (pemanjat).
3. Selalu dalam keadaan
seimbang 3 titik dalam melakukan gerakan dalam memanjat tebing.
4. Mengetahui kedudukan
pengaman yang telah/baru dipasang secara tepat dan selalu memberi sentakan keci
agar dapat memastikan apakah pengaman tersebut masih goyah atau tidak.
5. Selalu memeriksa
kekuatan-kekuatan pengaman atau gelang-gelang yang ditinggal pemanjat lain,
jika ragu-ragu ganti atau perbaiki sehingga menjadi pengaman yang aman.
6. Memperhitungkan
jalan untuk turun atau jalan pintas yang lebih mudah.
7. Menghindarkan tali
utama (tali pemanjatan) bergesekan dengan batuan/benda-benda tajam, bila perlu
tumpulkan dulu.
8. Memeriksa keadaan
pegangan-pegangan/injakan yang hendak digunakan dengan jalan memukul atau
mengetuk-ngetuk.
9. Membawa perlengkapan
PPPK dalam setiap pemanjatan.
10. Memeriksa kembali
simpul-simpul tali utama yang menghubungkan ujung tali dengan tubuh/harness
(minimal dua kali pemeriksaan).
11. Memeriksa kembali
seluruh peralatan yang mengunakan simpul-simpul (sling, chock, dan lain sebagainya).
S e b a i k n y a . . .
·
Tidak tepat berada di bawah orang yang sedang
memanjat.
·
Jarak pemanjat dengan belayer tidak terlalu jauh.
·
Pengaman-pangaman yang dipasang tidak terlalu jauh
jaraknya (kurang lebih 2 meter).
·
Untuk memanjat jalur-jalur yang baru sebaiknya
membawa pengaman pasak atau kalau sangat perlu sekali, siapkan peralatan bor.
·
Setiap pemanjat membekali diri dengan sepasang tali
penjerat (prusik rope).
·
Orang yang pertama kali turun diamankan juga oleh
tali pengaman cadangan yang ditambatkan oleh orang lain (belayer).
·
Orang yang di bawah memakai pelindung kepala (helm).
·
Tidak melakukan pemanjatan di waktu hujan turun.
·
Pengaman pertama adalah pengaman pengunci.
ISTILAH PANJAT
TEBING
Aid Climbing : pemanjatan
dengan bantuan peralatan seperti piton, chock, bolt, dan lain-lain, dimana
pemanjatan bebas tidak mungkin dilakukan, pemanjatan bergantung sepenuhnya pada
peralatan.
Belay, membelay :
mengamankan dengan tali, baik oleh
leader maupun belayer.
Belayer :
orang yang mengamankan leader dengan
tali.
Big Wall Climbing : pemanjatan suatu tebing yang dilakukan
berhari-hari dengan teknik tali-temali khusus dan tidur bergantung di tebing
kadang-kadang dilakukan.
Bolt :
baut pengaman, untuk memasangnya tebing
harus dibor terlebih dahulu.
Clean Climbing : pemanjatan tanpa menggunakan piton dan bolt,
biasa juga disebut dengan free climbing.
Crux :
tahapan tersulit dalam gerakan
pemanjatan.
Edging :
menggunakan sisi sepatu pada hold yang
tipis atau tajam.
Exposure : factor psikologis yang timbul akibat
ketinggian, jauh dari pengaman dan kecuraman tebing, sehingga pemanjatan terasa
lebih sulit bila dibandingkan dengan tingkat kesulitan yang sama pda ketinggian
yang rendah.
Fixed rope :
tali tetap, dapat dipergunakan untuk
titian naik dan pegangan tangan pada tempat yang sulit.
Grade : sistem yang digunakan untuk menyatakan
kesulitan tebing.
Hand travers : Teknik merayap tebing kea rah samping dengan
mempergunakan hand hold.
Hold :
suatu bentuk pada permukaan tebing yang
meungkinkan tangan atau kaki berpegang atau berpijak.
Hypothermia : kadang-kadang disebut exposure, kondisi
kesehatan yang bisa berakibat fatal bila tubuh kehilangan panas.
Leader : pemimpin pemanjatan atau orang pertama yang
merintis jalan.
Main rope : tali utama yang dipergunakan dalam
pemanjatan.
Natural protection : pengaman alam spohon, lubang tembus, tanduk
dan sebagainya.
Objective danger : factor resiko bahaya di luar control manusia,
seperti cuaca, runtuhan batuan dan lainnya.
Pitch : tahapan pemanjatan, tidak tergantung tinggi
rendahnya tebing yang dipanjat.
Rock fall/fall : peringatan apabila ada benda jatuh dari atas
(batu,palu,chock, dan lainnya).
Running belay, runner : pengaman yang
dipasang oleh leader baik berupa piton, chock atau bolt guna mengamankan
gerakan pemanjatan, tali utama bebas bergerak padanya.
Serious ascent : pemanjatan pada tempat yang berbahaya atau
tidak ada pengaman.
Traverse : gerakan ke samping, suatu ketika lintasan
harus dihindari oleh leader. Hingga bergerak ke samping untuk memulai lintasan
baru ke atas:
-
pemanjatan dan penurunan puncak dengan rute yang berbeda
-
sebuah rute mengikuti punggungan yang menyambung sampai ke puncak
Three point contact : tiga titik kontak pada pemanjatan setiap kali
bergerak, “tiga kuat satu mencari”.
Langganan:
Postingan (Atom)