Kala muncul
banyak pertanyaan ‘apa cinta sejati itu ada?’. Tak semua orang merasakan apa
itu cinta sejati. Salah satunya adalah Alam,
siswa kelas 3 SMA Negeri 2 Watampone itu juga mempertanyakannya. Saat itu, Alam terus merenungkan pertanyaan itu di d hatinya ‘apa cinta
sejati itu ada?’
Saatnya
berangkat sekolah, “maq.. lokkana
pale dolo massikola” teriaknya sambil mencium
tangan mamanya “magai de muanre dolo naq?”, “deto maq, mattanressoni. Lokkana maq, Assalamu Alaikum..”. Baru kali ini Alam
berangkat kesiangan, yang biasanya Alam di
kenal teman sekelasnya sebagai siswa yang
rajin dan selalu berangkat pagi itu akhirnya terlambat sekolah juga.
Alam
memperhatikan keadaan sekolahnya lewat ojek
yang berhenti tepat di depan gerbang itu, ternyata sudah tertutup rapat-rapat
dan satpam yang sudah ontime berjaga di depan gerbang “siap-siap deh Alam, untuk pertama kalinya kamu di hukum” gumamnya d hati.
Akhirnya ia turun dari ojek itu, dan
langsung berjalan menuju gerbang yang terkunci itu.
“magai
tu naq, tegaki pole nappa engka ? Na
magguruni taue?” ucap satpam sambil membukakan pintu
gerbang sekolah, “tabe di paq, katajangekka. Kuruq sumange paq”, “iya cepat masuk” sembari menutup kembali pintu gerbang
itu. “kok tumben ya, gak ada guru yang berjaga di sini, biasanya kalau ada yang
terlambat langsung di suruh ke ruang BK” sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Mengetahui
tak ada guru yang sedang berjaga, Alam
berniat untuk meneruskan langkahnya menuju kelas, namun “ehemm, Alam?” sejenak langkahnya berhenti dan menoleh ke belakang. “eh..
Bu Eni, hehee” wajah nyengir, yang tak tau harus berbuat apa. “sekarang juga
kamu ikut ibu ke ruang BK”, “iya bu”. Niat Alam
pun batal menuju kelas.
Dag.. dig..
dug.. hati Alam kian berdegup kencang,
karena ini adalah kali pertama Alam
memasuki ruang BK “haduh Alam, kamu gimana
sih pake bangun kesiangan!” gumamnya kembali d hati. “ayo Alam, silahkan masuk”. Langkah Alam begitu berat memasuki ruang BK. Tapi apa daya, mau tidak mau
akhirnya Alam pun memasuki ruang BK.
Setelah Alam memasuki ruang BK, Alam
semakin takut karena ia berpikir ia adalah satu-satunya siswa yang masuk BK
pada pagi hari itu. Tapi pemikiran Alam
salah besar, ketika Alam sudah memasuki
ruang BK, Alam kaget “buset!!!” ternyata
ruang BK di penuhi anak-anak lain yang juga telat pada hari itu. Disana Alam memperhatikan seorang siswa kelas 3 juga sedang di minta
keterangan. Ya, dia adalah Rara. Seorang
siswi yang di dambakannya sejak kelas 1,
tapi sayangnya cinta Alam belum
terbalaskan meskipun Rara sebenarnya sudah
mengetahui perasaan Alam.
Setelah di
minta keterangan, akhirnya Alam dan yang
lainnya dapat memasuki kelas masing-masing. Alam sengaja berjalan di belakang Rara agar Alam dapat
memperhatikan Rara dekat-dekat. “andai,
aku adalah pria yang kau cintai..”. Setiap
Alam melihat Rara pasti hatinya sakit, karena Alam tau sebenarnya Rara
mencintai pria lain yang kelasnya
bersebelahan denganku.
Tak terasa
bel istirahat pun berbunyi, Acha sahabat Alam mengajak Alam makan di
kantin. “ke kantin yuk?” seraya menarik
tangan Alam “tapi Acha.. aku lagi gak mood”. Acha
tak memperdulikan Alam, Acha menarik tangan Alam dan
akhirnya Alam mengalah. “iyaa..”
Sesampainya
di kantin…
“bu
qe loka manre bassoq, dua di.” Pokoqnya, hari ini aku yang traktir kamu” Alam hanya tersenyum. “eh Alam,
kamu kok tumben tadi telat?” “iya, tadi aku kesiangan bangunnya kesiangan”. Di
tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba Puji
datang. Di sekolah, Puji terkenal cewek smart dan penampilannya
keren, banyak siswa di sekolah naksir tapi
tak di perdulikan karena Puji
dengar-dengar menyukai seorang siswi di sekolahnya. Dan itu menjadi pertanyaan
besar buat siswa di sekolah. “bu, pesen
satu ya baksonya” sambil tersenyum pada Alam
dan Acha.“eh “bu
Alam, kamu ngerasa gak sih ada yang aneh sama Puji?” menatap wajah Alam bingung “memangnya kenapa? mungkin dia ingin berteman sama kita. Udah ah, biarin”. “ke taman yuk? Aku bosen di kelas” sambil menarik tangan Alam.
Duduk di
taman saat istirahat sekolah memang paling nyaman dari pada di kantin, Acha mulai menceritakan segala hal yang baginya menarik untuk di
ceritakan pada Alam. Baginya, Alam adalah sahabat yang terbaik. Namun, saat Acha sedang asyik bercerita, tiba-tiba Puji datang menghampiri mereka dan langsung duduk di samping Alam “hai, boleh gabung kan? Kenalin aku..” belum selesai
bebicara Acha langsung berkata “Puji kan? Gak perlu kenalan juga aku udah tau”. Mendengarnya Puji hanya tersenyum.
“emm.. kayaknya aku harus ke kelas sekarang.
Acha, kamu di sini aja temenin Puji” “tapi…” Acha bingung
melihat Alam pergi begitu saja. “Gimana
sih Alam, masa aku di tinggal sendirian”
dengan wajah cemberut. “eh Acha,
sebenarnya ada sesuatu yang harus aku kasih tau ke kamu. Tapi kamu janji jangan
kasih tau Alam ya?”. Acha semakin bingung dengan tingkah Puji akhir-akhir ini yang selalu muncul tiba-tiba “bicara aja,
aku gak akan bilang Alam kok”. “makasih
ya, sebenarnya aku ada rasa sama sahabat kamu itu, tapi aku gak pernah berani
ungkapin nanti dia malah minder dari aku” “kenapa takut? kamu harus berani
dong, nanti cintamu tak terbalaskan loh. Aku bingung deh sama kamu, kamu itu cantik, pinter banget lagi, banyak cowok ganteng yang suka sama kamu. Tapi, kenapa kamu senengnya sama Alam?”. Puji hanya tersenyum
kecil dan berkata “aku juga gak tau..”
“emm.. kayaknya aku harus ke kelas sekarang.
Di sisi
lain, Alam yang sedang berjalan menuju
kelas ternyata bertemu dengan Rara, cewek
idamannya. Sejenak, langkah Alam berhenti dan memandang wajah Rara itu. Alam sadar, Rara tidak pernah memperdulikan perasaannya, tapi sepertinya
cinta Alam tak pernah pupus. Alam melanjutkan langkahnya menuju kelas.
“
Alaaaaaammm!!!” teriak Acha dari pintu kelas dengan wajah cemberut dan kemudian berkata
“kamu itu nyebelin tau gak? kenapa sih, kok aku di tinggal sendirian di taman
tadi?!” sambil berjalan menuju Alam. “maaf
Acha, tadi aku buru-buru” sambil tersenyum
meRayu Acha. “ya udah deh. Eh Alam,
gimana si Rara? kamu ketemu dia gak?”
“tadi, aku ketemu dia di depan kelas” wajahnya mulai datar. “terus.. terus? kok
wajahmu sedih? Respon dia gimana liat kamu tadi” “ya begitulah..”. Melihat
sahabatnya sedih, Alam tak tega “sabar ya Alam” gumamnya dihati.
“
Waktu demi
waktu cepat berlalu, akhirnya bel pulang pun berbunyi. “ayo Alam, capek nih” mereka berjalan keluar kelas. Saat itu keadaan
di luar kelas ramai, lantas mengalihkan perhatian Alam dan Acha. “Alam, lakkaki koro, megata tau!”
sambil menarik tangan Alam. “eh.. tabe
cede, siselleki langgo!”
Acha berusaha mendapat barisan depan dan
membaca pengumuman yang ada di mading. Ternyata itu adalah pengumuman pensi
sekolah yang akan di adakan besok malam.
Keesokan
harinya di sekolah, di kelas Acha
membicarakan hal pensi pada Alam. “Alam, kamu ikut ya nanti malam?”
dengan nada merayu Alam. “iya, aku ikut kok” mendengar jawaban Alam, Acha pun lega
“asiik..”. Terdengar suara guru dari depan kelas “anak-anak, ayo ke lapangan.
Kita olahraga”.
Saat itu,
materi olahraganya adalah basket. Kebetulan sekali Alam dan Acha berada dalam tim regu. “priitt..” pluit sudah berbunyi dan tandanya
permainan di mulai, lawan main tim Alam
adalah tim dari Asdi. Banyak siswa di
sekolah yang tak menyukai Asdi karena
sifatnya yang angkuh dan sok ganteng itu.
Saat Alam akan merebut bola yang di bawa Asdi, tiba-tiba muncul perkataan dari mulutnya “kamu tidak akan
bisa mendapatkan Rara!” Mendengarnya, Alam pun terdiam “darimana dia bisa tau kalau aku suka Rara..”. Alam masih saja
terdiam sampai ia tak mendengarkan teriakan Acha “Alam! Awas!!!”. Alam kaget dan menoleh kebelakang dan.. “BRUKK!!!”
“aduh, Acha.. aku dimana? kepalaku sakit banget ..” berusaha duduk
sambil menahan kepalanya yang sakit. “Alam..
kamu tiduran aja dulu.. emang ya si Asdi
itu keterlaluan banget sama kamu. Bisa-bisanya dia lempar bola basket ke kepalamu! awas aja!”. “udah, kamu gak boleh gitu. Mungkin dia gak
sengaja. Acha, yang bawa aku ke UKS
siapa?” Alam penasaran. Acha bingung harus menjawab apa, akhirnya Acha jujur dan menceritakan semuanya pada Alam “sebenarnya yang bawa kamu ke sini itu Puji. Alam.. dia itu suka
sama kamu. Tadi, begitu lihat kamu pingsan, Puji langsung datang ke lapangan nolongin kamu. Kalau aku rasa, Puji itu tulus”. Alam tak
merespon perkataan Acha.
Malam hari yang di tunggu-tunggu para siswa. Alam dan Acha berangkat
bersama menuju pensi sekolah. “Ramai banget Alam.. oh ya, kepalamu udah
gak sakit kan?” “udah, aku baik-baik aja. Masuk yuk, cari tempat duduk”.
Sebelum mencari tempat duduk, Acha ingin
membeli makanan dan minuman untuk di bawa ke dalam. “Alam, kamu tunggu di
sini bentar ya. Aku mau beli cemilan dulu depan”.
Alam yang
sedang sendiri menunggu Acha kembali, tak
sadar bahwa Puji sedang menghampirinya.
“hai Alam..” sapa Puji. “oh.. kamu Puji” d
hati Alam sebenarnya sudah mengetahui Puji menyukainya dari sikapnya akhir-akhir ini. “Kamu gak masuk
ke dalam?” Alam hanya menolehkan kepalanya.
Puji masih
saja menemani Alam di luar yang sedang
menunggu Acha kembali. Tiba-tiba, ada
sebuah motor tepat di depannya dan
ternyata “Rara..”. Malam itu, Rara begitu cantik namun Puji juga tak
kalah cantiknya dengan Rara. Rara membuka pintu motornya dan keluar, baru saja Rara menutup kembali pintu motornya
itu, tiba-tiba saja Asdi datang
menghampiri Rara dan langsung meraih
tangan Rara di hadapan Alam sambil berkata “aku udah nungguin kamu dari tadi, gimana
kalau kita masuk sekarang di dalam udah
ramai” Rara hanya tersenyum.
Asdi yang
pada saat itu menggandeng tangan Rara,
berniat untuk mempermalukan Alam di
hadapan Rara. “Ehh.. ada Alam di sini. Kamu liat kan sekarang, apa yang aku bilang ke kamu
bener kan? Sekarang Rara sama aku, dan
harapan kamu untuk bersama Rara… pupuslah
sudah! Jadi, mulai sekarang kamu jauh-jauh dari kehidupan kita. Minggir! Aku
sama Rara mau lewat!!!” mendengar
perkataan Asdi, Puji yang masih berada di sana langsung membela Alam “Asdi! gak seharusnya
kamu bilang gitu ke Alam”. Asdi yang tak terima dengan perkataan Puji, langsung berkata “Oh.. gitu! sejak kapan kamu suka sama Alam! pake bela-belain dia!!”. “Diam kamu!!!” Puji kesal atas perkataan yang di lontarkan Asdi pada Alam.
“Stop!!! Apa-apaan sih kalian ini! Dan kamu
Alam, apa kurang sikap aku yang selalu dingin ini ke kamu. Kenapa
sih, kamu gak sadar-sadar. Aku gak pernah cinta sama kamu!” Alam tak pernah menyangka, Rara
akan berkata seperti itu. Sakit hati Alam
mendengarnya, lantas tanpa sepatah katapun Alam
berlari meninggalkan mereka. Puji yang
saat itu mendengar perkataan Rara langsung
berkata “Keterlaluan loe Rara!”.
“Stop!!! Apa-apaan sih kalian ini! Dan kamu
Puji
mengejar Alam, sambil berteriak “Alam.. berhenti!!! Maafin aku, jujur sebenarnya aku mencintaimu” Alam pun benar-benar berhenti dan berkata sambil menangis
“berhenti mengejarku! Kamu tau kan rasanya mencintai orang yang gak pernah
cinta!!! jadi, berhentilah mengejarku!” Alam
terus saja menangis, “jadi.. maksud kamu”, “ya, aku tak pernah bisa
mencintaimu!” Puji terdiam mendengar
perkataan Alam. Alam terus berlari mencari tempat di mana ia bisa menenangkan
diri. “Alam berhenti..!”, “sudah aku
katakan berhentilah mengejar cintaku!!” tak sadar, tiba-tiba ada motor melaju kencang ke arah Alam
dan… “ALAAAAMM!!!”
Acha yang
pada saat itu sedang berada di pinggir jalanan membeli makanan, melihat kejadian
langsung berlari menghampiri Alam begitu
pula dengan Puji. “Alaamm!!! Aku akan panggil ambulan sekarang juga” ucap Puji dengan rasa panik melihat keadaan Alam yang berlumuran darah. Tiba-tiba Alam menarik tangan Puji dan
berkata “jangan.. Puji, maafin aku dan
terimakasih sudah mencintaiku” sambil tersenyum. Ternyata, itu adalah perkataan
terakhir yang di ucapkan Alam. “ALAAAAMmm!!!”
Mendengar kejadian itu, Rara dan siswa lainnya segera berlari menuju tempat kejadian.
Ketika Rara sampai di tempat, tiba-tiba
saja Rara meneteskan air mata di hadapan
jasad Alam yang masih berlumuran darah itu
sambil berkata “maafkan aku Alam.. semua
salah aku, seharusnya aku tak mengatakan itu”. Puji yang saat itu memeluk jasad Alam, membisikkan sebuah kalimat terakhir untuk Alam “aku akan mencintaimu sampai kapanpun…”
Kini, cinta Alam pada Rara tak sempat
terbalas, begitu pula dengan cinta Puji
pada Alam ..
0 Loroseng Ada.ta:
Posting Komentar