Pegunungan Latimojong yang berada di kabupaten Enrekang propinsi Sulawesi Selatan ini bertipe non-vulcanology dan mempunyai banyak sekali puncak-puncak dan tiga diantaranya adalah merupakan puncak tertinggi di Sulawesi yaitu Buntu (puncak) Rante Mario 3.478 m d.p.l, Buntu Nenemori 3.397 m d.p.l, Buntu Rante Kambola 3.083 m d.p.l. Puncak tertinggi Rante Mario berada pada koordinat 120°01′30″ BT – 03°23′01″ LS.
Pegunungan ini membujur dari Barat ke timur, dan melintang dari Utara ke Selatan. Konon kabarnya pegunungan ini merupakan tempat asal usul dari nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu dan Bone. Sedangkan saat ini yang mendominasi daerah Baraka hingga dusun terakhir Karangan adalah orang suku Duri yang berbicara dengan bahasa Duri. Berikut adalah urutan puncak-puncak pegunungan latimojong yang membujur dari Barat ke Timur yaitu:
Buntu Pantealoan 2.500 m d.p.l
Buntu Pokapinjang 2.970 m d.p.l
Buntu Rante Mario 3.430 m d.p.
Puncak yang melintang dari Utara ke Selatan adalah:
Buntu Sinaji 2.430 m d.p.l
Buntu Sikolong 2.754 m d.p.l
Buntu Rante Kambola 3.083 m d.p.l
Buntu Rante Mario 3.430 m
Buntu Nenemori 3.097 m d.p.l
Buntu Bajaja 2.700 m d.p.l
Buntu Latimojong 2.800 m d.p.l
Sumber mata pencaharian penduduk di daerah perdusunan Pegunungan Latimojong adalah bertani kopi. Curah hujan rata-rata adalah 94,6 mm/tahun. Musim pendakian yang paling baik adalah dari Bulan July hingga Agustus. Anoa masih banyak terdapat di pegunungan ini, meskipun sudah dilindungi karena jumlahnya yang mulai berkurang, akan tetapi pemburuan ilegal masih terus berlangsung, baik oleh penduduk lokal maupun pendatang yang sengaja datang untuk berburu.
Rute Pendakian
Jalur akses yang umum dipakai adalah dari kecamatan Baraka, Baraka ini bisa dicapai dari arah Makassar atau Tana Toraja dengan menumpang bis dan turun di Cakke. Kemudian dilanjutkan dengan menumpang angkutan lokal ke Baraka. Dari Makassar ada kendaraan langsung menuju Baraka, berupa kendaraan Kijang, atau Panther yang bermuatan 10 orang dengan ongkos Rp.30.000,- per orang dan mangkal di terminal Makassar pada jam 07.00 atau 12.00 dan 19.00. Kadang angkutan ini jam keberangkatannya juga bisa mundur tergantung dari ada tidaknya penumpang.
Baraka – Buntu Dea
Dari Baraka ke Buntu Dea bisa ditempuh dengan mobil sejenis mikrolet dan biasanya tidak sampai ke batas akhir dari jalan, dan berhenti 3km sebelum batas akhir jalan. Angkutan ini hanya ada pada hari pasar Baraka yaitu hari Senin dan Kamis. Angkutan lain adalah Ojek dan kita akan diantar langsung pada batas jalan dengan waktu tempuh dari Baraka satu jam lebih cepat yaitu 2 jam. Akan tetapi tentu saja biayanya akan jadi lebih mahal dari pada menumpang angkotan. Pada waktu pendataan ini ongkos ojek adalah Rp.50.000,- sekali jalan.
Buntu Dea – Dusun Latimojong (Rante Lemo)
Dari Buntu Dea menuju dusun Latimojong atau di peta dikenal dengan Rante Lemo, ditempuh dengan berjalan kaki. Jalurnya sudah diperlebar untuk kendaraan beroda empat, akan tetapi masih dalam tahap pengerjaan mungkin 1 atau 2 tahun lagi jalan ini sudah selesai dan kendaraan sudah bisa mencapai Dusun Latimojong. Waktu yang ditempuh dari Buntu Dea ke Dusun Latimojong adalah 2 jam. Dusun Latimojong ini sudah dialiri aliran listrik.
Dusun Latimojong – Dusun Karuaja
Kira-kira 1 jam 15 menit kemudian jalan setapak akan melewati dusun Karuaja. Sebuah dusun kecil dan listrik juga sudah mengalir ke dusun ini. Dusun ini terletak persis dilembah sebuah bukit.
Dusun Karuaja – Dusun Karangan
Perjalanan masih terus berlanjut menuju dusun terakhir yaitu Karangan yang berjarak tempuh 2 jam jalan kaki dari dusun Karuaja. Ditengah perjalanan antara Karuaja dan Karangan akan ada lagi sebuah dusun kecil yaitu Buntulamba. Dusun Karangan berada dipinggang bukit dengan ketinggian 1390m d.p.l dan mengalir sungai besar yang jernih yaitu sungai Salu Karangan. Didusun ini pendaki sudah biasa menginap di rumah penduduk atau dirumah kepala desa, dan biasanya bagi yang butuh porter bisa mencarinya disini.
Dusun Karangan – Pos 1
Jalur trekking dari Karangan menuju pos 1 dimulai dengan mengikuti aliran sungai Salu Karangan kemudian menyeberangi sebuah jembatan batang pohon dan menanjak naik dengan kemiringan 50-70 derajat. Kemudian akan bertemu dengan jalan bercabang dua yaitu kekiri mendatar adalah rute ke puncak Rante Mario dan lurus mendaki adalah rute ke puncak Nenemori. Keadaan jalur hingga ke Pos 1 ini banyak sekali jalan bercabangnya, yang merupakan jalur pemburu dan penebang kayu. Pos 1 ini bernama Buntu Kaciling dan berada diketinggian 1800m d.p.l dan merupakan sebuah areal terbuka seukuran 4 meter persegi disini tidak ada sumber mata air.
Pos 1 – Pos 2
Menuju Pos 2 dari pos 1 jalur trek akan bervariasi yaitu mendaki dan menurun serta melipiri tepi jurang. Mendekati pos 2 rute jalannya akan menurun karena pos 2 berada disebuah lembah ditepi sungai yang mengalir besar. Pos 2 ini berupa sebuah areal dibawah tebing batu seukuran 4 meter persegi. Sumber air melimpah disini dan sangat dekat dari areal camp. Pos 2 berada diketinggian 1800m d.p.l dan pos 2 ini disebut juga dengan nama Goa Sarung Pakpak. Waktu tempuh dari pos 1 adalah 1 jam 45 menit. Pos 2 biasanya dijadikan tempat bermalam oleh pendaki.
Pos 2 – Pos 3
Menuju Pos 3 yang bernama Lantang Nase rutenya adalah tanjakan terjal 80 derajat dan ini akan ditempuh terus selama 1 jam perjalanan. Tanajakan ini tanpa bonus jalan mendatar dan sangat berbahaya jika lengah dengan keseimbangan bisa terjungkal kebelakang. Pos 3 ini berupa sebuah daerah datar seukuran 5 meter persegi serta tidak ada sumber airnya dan berada pada ketinggian 1940m d.p.l
Pos 3 – Pos 4
Rute menuju Buntu Lebu atau Pos 4 ini dari Pos 3 masih mempunyai kemiringan 60 – 70 derajat dengan sesekali bonus jalan mendatar. Pos 4 berada diketinggian 2140m d.p.l dan merupakan sebuah areal datar ukuran 6 meter persegi. Tertutup pepohonan dan tidak mempunyai sumber air. Waktu tempuh dari pos 3 adalah 45 menit.
Pos 4 – Pos 5
Pos 5 atau dikenal juga dengan sebutan Soloh Tama, merupakan sebuah daerah datar yang luar dan bisa menampung paling tidak 10 tenda. Daerah ini sedikit terbuka dan terletak disisi sebuah punggungan dengan ketinggian 2480m d.p.l dan waktu tempuh dari pos 4 adalah 1 jam 30 menit. Disini terdapat sumber air berupa sebuah sungai yang berjarak kira-kira 100 meter menurun kelembah. Tempat ini juga biasanya dijadikan tempat bermalam oleh pendaki.
Pos 5 – Pos 6
Pos 6 merupakan sebuah daerah datar ukuran 3×6 meter dan mempunyai ketinggian 2690m d.p.l jarak tempuh dari pos 5 sekitar 40 menit. Dari pos ini sudah terlihat jelas jejeran pegunungan Latimojong serta Buntu Dea dari kejauhan. Disini tidak terdapat sumber mata air.
Pos 6 – Pos 7
Jarak tempuh dari pos 6 ke pos 7 adalah 1 jam 30 menit. Sepanjang rute menuju pos 7 jalan setapaknya sudah terbuka dan hamparan jejeran penggunungan Latimojong jelas terlihat. Pos 7 berada pada ketinggian 3100m d.p.l pos ini dikenal juga dengan nama Kolong Buntu. Pemandangan sangat indah dari pos ini. Di pos ini juga terdapat sebuah sumber mata air berupa sungai kecil jernih dan sebuah kolam besar dibawahnya. Jarak dari lokasi camp sekitar 15 meter.
Pos 7 – Pertigaan
Perapatan adalah sebuah medan terbuka yang cukup luas disini kita menemukan jalan kekiri ke puncak Rante Mario, kanan ujung 30° adalah kepuncak Nenemori dan kanan 90° adalah jalan turun ke Palopo. Sebelum mencapai perapatan ini kita akan bertemu dengan jalan bercabang yaitu kekanan ke puncak antene (antene komunikasi ABRI yang tidak terpakai lagi), dan kekiri ke Perapatan. Waktu tempuh dari pos 7 adalah 20 menit, dengan ketinggian 3300m d.p.l dan tidak ada sumber air disini.
Perapatan – Puncak Rante Mario
Dari perapatan menuju puncak rante Mario 3430m d.p.l rutenya mendatar dengan sesekali tanjakan 30 derajat. Melewati jalan terbuka yang luas terdapat dua jalur yaitu kekiri jalur normal dan kekanan jalur potong. Kedua jalur tersebut bertemu kembali sebelum mencapai puncak. Pemandangan ke arah utara dari puncak adalah Puncak Buntu Rantekambola, Sebelah barat Buntu Pantealoan dan jejeran bukit di Buntu Dea, dan sebelah Selatan Buntu Nenemori. Puncak Rante Mario ini sangat luas dan ada tiang ketinggiannya.
Puncak Rante Mario – Pos 4
Pada pendataan ini tim highcamp turun dengan melewati jalur puncak Nenemori. Di jalur ini sebelum sampai di puncak Nenemori melewati tiga pos yaitu; Pos 6, Pos 5, dan Pos 4. Ke tiga pos tersebut tidak mempunyai sumber air. Jalur sadle dari Perapatan menuju Puncak Nenemori ini turun naik melewati beberapa puncak tanpa nama, serta jalurnya sudah hilang dan tertutup semak belukar. Jika anda melewati jalur ini sangat disarankan agar membawa perlengkapan navigasi yang memadai atau membawa penunjuk jalan. Pengalaman tim highcamp sewaktu melintas jalur ini sudah lewat siang hari dan kabut sudah menutupi puncak-puncak pegunungan Latimojong sehingga menyulitkan untuk navigasi. Untunglah porter kami sudah pernah melewati jalur ini dan meskipun harus merintis jalur kami bisa mencapai puncak Nenemori. Hilangnya jalur serta ditambah kondisi jalan yang naik turun puncak bukit menghabiskan waktu setengah hari untuk mencapai Pos 4 yang berada disebuah lembah dan tepat dibawah kaki puncak Nenemori. Pos 6 dikenal dengan sebutan Bubun Derangkang, Pos 5 disebut juga dengan Buntu Komba-komba dan Pos 4 disebut dengan Batu Lea.
Pos-pos lain yang ada dijalur ini:
Pos 6 ketinggian 3260m d.p.l waktu tempuh dari Perapatan 2 jam
Pos 5 ketinggian 3300m d.p.l waktu tempuh dari Pos 6 adalah 3 jam
Pos 4 ketinggian 3200m d.p.l waktu tempuh dari Pos 5 adalah 1 jam
Pos 4 – Puncak Nenemori
Dari Pos 4 ke puncak Nenemori sangat dekat hanya memakan waktu 1 jam. Jalurnya berupa tanjakan 50 derajat, serta jalan setapak yang sudah hilang. Puncak Nenemori mempunyai pemandangan yang lebih bagus dari pada puncak Rante Mario. Karena disini hamparan pegunungan Latimojong jelas terlihat. Dipuncak ini terdapat sebuah tiang ketinggian yang sudah hancur dan hanya tinggal sisa-sisanya.
Puncak Nenemori – Pos 3
Dari puncak Nenemori menuju Pos 3 atau disebut juga Tanah Lapang, jalurnya sudah menurun akan tetapi jalan setapaknya masih harus dirintis. Ditengah jalan bisa ditemukan shelter tempat pemburu Anoa. Pos 3 ini berada diketinggian 3200m d.p.l dan waktu tempuhnya 1 jam dari puncak Nenemori. Disini terdapat sumber air dari aliran sungai kecil yang membelah Tanah Lapang ini.
Pos 3 – Pos 2 – Pos 1
Dari Pos 3 ke Pos 2 mempunyai waktu tempuh 2 jam dan Pos ini bernama Borong Tanga yang berada pada ketinggian 2530m d.p.l . Pos ini Berupa areal yang sedikit miring dengan luas 2 meter persegi dan tanpa adanya sumber air. Keadaan jalan setapak dari Pos 3 ke Pos 2 cukup Jelas akan tetapi sangat curam dengan kemiringan 70 – 80 derajat. Serta jalannya ditutupi lumut dan pohon-pohon tumbang. Menuju Pos 1 yang juga dikenal dengan nama Borong Tanga seperti pos 2 dan berada pada ketinggian 1900m d.p.l , Jalan setapaknya semakin curam yaitu sekitar 80 derajat, ditambah tertutup oleh lumut yang licin serta lembab, dan juga oleh rotan berduri. Pos 1 sendiri merupakan sebuah medan miring yang tidak cocok untuk berkemah. serta tidak ada sumber air. Setelah melewati Pos 1 kita akan bertemu dengan dua ladang kopi penduduk dan setelah itu, jalan setapak akan menyatu kembali dengan jalan dari rute Rante Mario di pertigaan Rante Mario dan Nenemori menuju Dusun Karangan.
Perijinan
Jalur perijinan tidaklah terlalu sulit ataupun berbelit-belit, hanya diperlukan surat pengantar dari organisasi, dan lebih baik lagi jika disertakan dengan photo kopi KTP setiap pendaki. Berikut adalah urutan pengurusan ijinnya:
KAPOLSEK BARAKA
Pendaki harus melapor pertama kali disini dan menyerahkan persyaratan diatas dan membayar uang administrasi alakadarnya. Dan jika ingin menginap di Baraka, kantor Polsek ini juga dengan senang hati menerima para pendaki. Bagi pendaki yang memiliki dana lebih bisa menginap dipenginapan yang tidak jauh dari kantor KAPOLSEK.
KEPALA DESA LATIMOJONG
Setelah itu juga disarankan untuk melapor ke kepala Desa Latimojong yang bernama Pak Badusi. Biasanya pendaki juga bisa memakai rumah Pak Badusi untuk bermalam jika kemalaman saat sampai di Desa Latimojong atau disebut juga dengan Desa Rante Lemo.
KEPALA DUSUN KARANGAN
Jika hanya ingin melapor di Dusun Karangan juga bisa, nama kepala Dusun Karangan adalah Pak Sahir, dan rumah kepala dusun ini juga bisa dijadikan tempat menginap oleh pendaki, beliau juga bisa disewa tenaganya sebagai porter atau pengantar. Selain rumah Pak Sahir juga ada rumah penduduk lainnya yaitu Pak Sinu yang biasa ditumpangi menginap oleh pendaki. Pak Sinu ini juga sangat mengenal dengan baik kawasan pegunungan Latimojong. Dan merupakan Porter yang andal dari Tim Latimojong Highcamp. Jika pada saat akan kembali ke Baraka dari dusun Karangan anda merasa sangat lelah, anda juga bisa menyewa kuda beban milik petani kopi dari desa Karangan ini untuk membawa anda atau Ransel anda menuju Buntu Dea. Sewanya masih bisa dibilang rasional yaitu Rp. 60.000,- per satu kuda.
Tempat Menarik
Tidak terlalu banyak tempat menarik di Kawasan Pegunungan Latimojong. Hanya keadaan medan yang sangat alami dan sampah yang boleh dibilang tidak ada. juga pemandangan yang indah dari puncak Nenemori.
0 Loroseng Ada.ta:
Posting Komentar